Muslim muslimah, mukmin mukminah sejatinya harus belajar menjadi Jiwa yang Tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Al-Hasan menafsirkannya sebagai al-mu’minah al-mûqînah (jiwa yang mukmin dan yakin).
* Athiyah berpendapat, ia adalah jiwa yang ridha terhadap qadha Allah.
* al-Khazin adalah jiwa yang teguh di atas iman dan keyakinan, membenarkan apa yang difirmankan Allah SWT, meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya, serta tunduk dan taat terhadap perintah-Nya.
* Ibnu Jarir ath-Thabari memaknainya sebagai orang yang tenteram dengan janji Allah SWT yang disampaikan kepada ahli iman di dunia berupa kemuliaan bagi dirinya di akhirat, kemudian dia membenarkan janji itu.
* Abu Hayyan al-Andalusi menyatakan, al-muthmainah adalah al-âminah (orang yang aman dan tenteram) tidak diliputi oleh ketakutan dan kekhawatiran; atau tenteram dengan kebenaran dan tidak dicampuri dengan keraguan.
aamiin aamiin..
Semoga bermanfaat...
Apa itu Jiwa yang Tenang?
Simak ayat AlQuran Al Fajr berikut ini :يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku
QS al-Fajr [89]: 27-30
Tafsir Ayat tersebut adalah :
Siapa yang dimaksud dengan orang yang berjiwa tenang dalam ayat ini?
Ada beberapa penjelasan.
Menurut :
* Ibnu Abbas adalah al-muthmainnah bi tsawâbil-Lâh (jiwa yang tenteram dengan pahala Allah); juga bermakna jiwa yang mukmin.Tafsir Ayat tersebut adalah :
Siapa yang dimaksud dengan orang yang berjiwa tenang dalam ayat ini?
Ada beberapa penjelasan.
Menurut :
Al-Hasan menafsirkannya sebagai al-mu’minah al-mûqînah (jiwa yang mukmin dan yakin).
* Athiyah berpendapat, ia adalah jiwa yang ridha terhadap qadha Allah.
* al-Khazin adalah jiwa yang teguh di atas iman dan keyakinan, membenarkan apa yang difirmankan Allah SWT, meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya, serta tunduk dan taat terhadap perintah-Nya.
* Ibnu Jarir ath-Thabari memaknainya sebagai orang yang tenteram dengan janji Allah SWT yang disampaikan kepada ahli iman di dunia berupa kemuliaan bagi dirinya di akhirat, kemudian dia membenarkan janji itu.
* Abu Hayyan al-Andalusi menyatakan, al-muthmainah adalah al-âminah (orang yang aman dan tenteram) tidak diliputi oleh ketakutan dan kekhawatiran; atau tenteram dengan kebenaran dan tidak dicampuri dengan keraguan.
Jika diperhatikan, sekalipun menggunakan redaksional yang berbeda-beda, sesungguhnya obyek yang ditunjuk tidak berbeda, yakni orang Mukmin yang taat dan ikhlas.
BloggerDokter |
Kepada jiwa yang tenang itu diserukan:
Irji’î ilâ Rabbika râdhiyah mardhiyyah
(kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai).
(kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai).
Jiwa itu dipanggil untuk kembali kepada Rabbiki (Allah SWT).
Digunakan kata Rabbiki, menurut al-Alusi, untuk menambah kelembutan.
Digunakan kata Rabbiki, menurut al-Alusi, untuk menambah kelembutan.
Menurut Ibnu Zaid, perkataan ini disampaikan ketika mati dan keluarnya ruh dari jasad seorang Mukmin di dunia.
Dari Said berkata, “Saya membaca ayat ini (Yâ ayyatuhâ an-nafsu al-muthmainnah; Irji’î ilâ Rabbiki râdhiyah mardhiyyah) di samping Rasulullah saw., lalu Abu Bakar ra. berkata, “Sungguh ini sesuatu yang bagus.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda:
أما إنَّ المَلَكَ سَيَقُولُهَا لَكَ عِنْدَ المَوتِ
Adapun sesungguhnya malaikat akan mengatakan itu kepadamu ketika mati (HR ath-Thabari)
Keberuntungan Jiwa yang Tenang
Ayat-ayat ini adalah di antara ayat yang memberitakan kabar gembira kepada orang-orang Mukmin dan beramal shalih yang tetap istiqamah hingga akhir hayatnya.Merekalah yang mendapatkan kehormatan berupa sebutan: an-nafs al-muthaminnah.Mereka dipanggil untuk bergabung bersama dengan para hamba Allah SWT yang shalih lainnya. Mereka adalah sebaik-baik teman sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا ﴿٦٩﴾
Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang salih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
(QS an-Nisa’ [4]: 69).
Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang salih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
(QS an-Nisa’ [4]: 69).
Mereka adalah orang-orang yang beruntung.
Balasan yang yang mereka terima jauh lebih besar daripada yang mereka korbankan.
Balasan yang yang mereka terima jauh lebih besar daripada yang mereka korbankan.
Sewaktu di dunia, mereka memang harus bersusah-payah menjaga keimanan dan memperbanyak amal shalih. Mereka harus berjuang keras mengekang hawa nafsunya dan menahan diri tidak mengumbar kesenangannya. Mereka juga harus bersabar menjalani semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Demikian pula tatkala menghadapi berbagai godaan, cobaan dan ujian; mereka harus tetap kokoh dan teguh. Sikap itu harus terus dipelihara sekalipun harus menanggung penderitaan dan rasa sakit. Akan tetapi, semua beban berat itu lenyap seketika tatkala mereka mengecap kenikmatan surga. Demikian nikmatnya hingga seolah-olah tidak pernah merasakan penderitaan sedikit pun.
Segala kesenangan yang mereka rasakan tidak sebanding dengan dahsyatnya siksa yang harus mereka terima. Begitu dimasukkan ke dalam neraka, semua kesenangan itu langsung sirna tak bersisa. Seolah mereka tidak pernah mengenyam kenikmatan sedikit pun.
Keadaan mereka, para jiwa yang tenang
berkebalikan dengan orang-orang kafir dan para pelaku maksiat.Segala kesenangan yang mereka rasakan tidak sebanding dengan dahsyatnya siksa yang harus mereka terima. Begitu dimasukkan ke dalam neraka, semua kesenangan itu langsung sirna tak bersisa. Seolah mereka tidak pernah mengenyam kenikmatan sedikit pun.
Rasulullah saw. bersabda:
يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِى النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِى الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِى الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِى بُؤُسٌ قَطُّ وَلاَ رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
Pada Hari Kiamat akan didatangkan penduduk neraka yang paling bahagia sewaktu di dunia. Lalu ia dicelupkan ke neraka sekali celupan, kemudian dikatakan kepadanya, “Wahai anak Adam, adakah engkau melihat kebaikan? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan?” Ia menjawab, ”Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula seorang penghuni surga yang paling sengsara sewaktu di dunia, lalu ia dicelupkan sekali celupan di surga, kemudian ia ditanya, ”Adakah engkau merasakan penderitaan? Apakah engkau pernah merasakan kesengsaraan?” Ia menjawab,”Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku. Aku tidak merasakan penderitaan sedikitpun dan sama sekali belum pernah mengalami kesengsaraan (HR Muslim dari Anas bin Malik).
Inilah gambaran besarnya kenikmatan surga dan dahsyatnya siksa neraka.Maka sungguh beruntung orang-orang yang tidak tertipu dengan dunia. Orang-orang yang senantiasa mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya menyongsong kehidupan akhirat yang abadi. Merekalah orang-orang beriman dan memenuhi kehidupannya dengan catatan amal shalih.
Semoga kita khususnya saya pribadi termasuk di dalamnya.Orang orang yang mempunyai jiwa yang tenang
aamiin aamiin..
Semoga bermanfaat...